Mengenai Saya

rumah ikut ortu di temanggung, kerja di semarang -ngekost,
lahir di sebuah desa yang belum ada listrik, sekarang pingin seperti kedua ortunya bagi-bagi ilmu di sekolah

Rabu, 11 Maret 2009

CARA MENDETEKSI GIZI BURUK PADA BALITA

Anak adalah amanah dari Alloh yang tiada ternilai harganya. Amanah tersebut menuntut kita untuk menjadikan mereka sebagai anak yang sholih dan sholihah. Untuk mewujudkannya ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, di antaranya memberikan nutrisi yang cukup dan baik kepada anak sehingga bisa tumbuh dengan sempurna, sehat, dan cerdas. Dengan begitu, akan membuat mereka mudah dibina untuk mendalami ilmu-ilmu agama Alloh. Ketidak-acuhan kita terhadap nutrisi anak akan membuat keadaan gizi mereka menjadi buruk.

Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa dipungkiri kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada anak.

Selain itu, faktor pengasuhan anak juga menentukan. Anak yang diasuh oleh ibunya sendiri dengan penuh kasih sayang, kesadaran yang tinggi akan pentingnya nutrisi dan ASI, dan selalu memperhatikan kesehatan—apalagi berpendidikan; maka anaknya tidak akan mengalami gizi yang buruk. Sedangkan fenomena yang ada saat ini, kebanyakan anak dipisahkan jauh dari ibunya dengan alasan kesibukannya yang padat. Kemudian mereka menyerahkan kepengasuhan anak kepada orang yang kurang memperhatikan nutrisi dan kesehatan anak. Jika seperti ini keadaannya, besar kemungkinan anak akan mengalami gizi yang buruk. Oleh karena itu, para orang tua, khususnya para ibu, hendaknya tetap memperhatikan nutrisi dan kesehatan anaknya di tengah kesibukan mereka melakukan aktivitas sehari-hari, di samping juga tarbiyah yang baik buat mereka.

Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Kwashiorkor
memiliki ciri:
1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
2) pandangan mata sayu
3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5) terjadi pembesaran hati
6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8 ) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9) anemia dan diare

Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:
1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2) wajah seperti orang tua
3) mudah menangis/cengeng dan rewel
4) kulit menjadi keriput
5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6) perut cekung, dan iga gambang
7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8 ) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
Cara Mengukur Status Gizi AnakBanyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas.

Pencegahan
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak.

Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka. Tentu saja hal ini membutuhkan kesabaran, ketawakkalan dan keuletan dalam mencari rezeki dari Alloh untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Jika semua ini tercapai, insya-Alloh akan tercetak generasi yang sehat, sholih dan sholihah, dan cerdas dalam mempelajari dan memahami ayat-ayat Alloh.

Referensi:
Anonim. 2007. Ciri-ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online.
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.Nasar, dkk. Ped Tata Kurang Protein. pkm-IDAI
Nency, Y dan Arifin, M.T. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Inovasi Edisi Vol. 5/XVII/November 2005: Inovasi Online.

Oleh : drh. Sarmin, MP dan Dr. Fitri Rachmayanti
@ dari http://www.almawaddah.co.nr/ dengan pengurangan tampilan tabel

Sholat di Empat Musim

Negara Jerman, sebagaimana wilayah Eropa lainnya, mengalami empat musim yang merupakan siklus tahunan. Dua musim yang sangat kontras adalah musim dingin (Winter) dan musim panas (Sommer). Pergantian dari musim dingin ke musim panas ditandai dengan tibanya musim semi (Frühling). Sedangkan bergantinya musim panas ke musim dingin ditandai dengan adanya musim gugur (Herbst). Yang menarik dari musim gugur adalah paronama alam yang cantik dengan dominasi warna kuning kecoklatan. Hal ini disebabkan semua dedaunan yang semula berwarna hijau royo-royo perlahan berubah menjadi kuning muda, kuning tua dan kecokelatan serta berguguran ke tanah. Tak ayal sepanjang jalan yang ada pohonnya pada musim itu permukaannya dipenuhi dan tertutup oleh guguran daun.

“Capek donk mbersihinnya?“ Nggak juga, sebab di Jerman untuk menyapu jalan tidak lagi menggunakan sapu lidi. ‘Pasukan kuning‘ nya Jerman telah menggunakan mobil sebagai penyapu jalan. Tiap pagi mobil penyapu itu sudah beroperasi di semua jalan yang ada, dan selesai sebelum orang-orang berangkat ke kantor. Dengan demikian ketika orang keluar rumah pagi hari, jalanan sudah bersih. Berharap yang kayak gini terjadi di Indonesia.

Bergugurannya daun tersebut pertanda akan masuk pada musim dingin. Bila musim dingin tiba maka nyaris semua pohon akan menyisakan dahan dan ranting serta tidak meninggalkan satu pun sepucuk daun. Seakan-akan pohon itu mati. Bila salju turun maka ranting-ranting pepohonan tersebut berubah berwarna putih. Hal ini disebabkan butiran-butiran salju tersebut menempel dan menutupi permukaan dahan dan ranting. Pun demikian, pemandangan alam didominasi warna putih.

Musim Dingin: Dhuhur dekat Ashar
“Terus dong gimana waktu sholatnya?” Pengalaman yang saya alami, bila musim dingin tiba, maka antara waktu sholat dengan sholat yang lain relatif berdekatan terutama waktu dhuhur dan ashar yaitu sekitar satu setengah jam. Sebab waktu siang di musim dingin lebih pendek. Bahkan matahari pun nyaris tak nongol. Sebaliknya, waktu malam agak panjang. Fenomena ini bertolakbelakang dengan situasi waktu sholat di musim panas. Misalnya akhir bulan Desember tahun lalu waktu shubuh masuk hampir pada jam setengah tujuh pagi (06.23). Waktu dhuhurnya masuk pada jam 12.11, berdekatan dengan waktu ashar yaitu jam 13.47. Sedangkan waktu maghribnya jam 16.04. Dan waktu isya’nya jatuh pada pukul 17.51.

Dengan jadwal sholat dhuhur dan ashar seperti itu, bila saya sedang berada di luar rumah, terkadang saya harus memaksa diri mendirikan sholat di tempat umum seperti taman dan lainnya. Sebab, jumlah masjid sedikit dan lokasinya pun jauh. Kalopun nekat menuju Masjid atau pulang ke rumah boleh jadi batas akhir waktu sholatnya terlewatkan di jalan. Tak semudah di Indonesia, di mana masjid dan musholla tersebar di mana-mana, baik di pasar maupun di perkantoran bahkan di SPBU-pun tersedia. Di Jerman sulit kita temukan musholla di tempat umum seperti di bandara, terminal, dan di perkantoran.

Baju Berlapis-Lapis
O ya, bila musim dingin maka suhu udaranya bisa mencapai di bawah minus derajat celcius (-°C). Pertamakali mengalaminya terasa sangat merepotkan, baju dan celana harus berlapis-lapis, dimulai dari baju dalaman, kemudian Pullover (kaos agak tebal), kemudian dibalut sweater, kemudian di bungkus jaket yang tebal. Belum lagi harus memakai Mütze (tutup kepala) dan Schal (slayer penutup leher). Praktis yang kelihatan dari badan ini hanya wajah doang. Sebab tangan pun harus dibalut dengan kaos tangan tebal. Rasa dinginnya sangat menusuk tulang terutama terasa di bagian belakang telinga. Bila kaos tangan Saya lepas maka terasa tangan ini seakan memegang es batu.

Nah, sebelum berganti musim panas, tibalah musim semi, yaitu dimana semua pepohonan yang tadinya gundul tanpa sepucuk daun kini mulai bersemi. Dedaunan perlahan mulai tumbuh kembali. Semakin mendekati musim panas semakin rindang menghijau. Yang menarik adalah tumbuh dan bermekarannya berwarna warni berbagai macam jenis bunga.

Tantangan Shubuh di Musim Panas
Lalu bagaimana dengan waktu sholatnya? Nah, pada musim ini, jarak antar waktu sholat berjauhan kecuali antara waktu subuh dan isya‘. Pada musim ini pula waktu siangnya (terang) sangat panjang. Sebaliknya waktu malamnya terasa pendek. Sekitar jam setengah sepuluh malam baru gelap (masuk waktu maghrib). Pada musim panas tahun lalu (2008), sebagai contoh jadwal sholat yang dikeluarkan oleh islamic center Kota Aächen (http://islam.de/sections/servicepoint/gebetszeiten/diwan/2114.txt ), pada tanggal 18 Juni untuk waktu sholat dhuhur masuk pukul 13.09. sedang jam 17.34 masuk waktu ashar. Berselang itu waktu maghrib pukul 21.36. yang menarik sekaligus menjadi tantangan (ujian) adalah masuknya waktu subuh yang berdekatan dengan waktu isya‘. Bila waktu isya pada tanggal tersebut adalah jam 23.34 maka pada jam 02.30 sudah masuk waktu shubuh. Praktis hanya selisih sekitar tiga jam.

Hikmah yang bisa diambil dari cerita di atas adalah bahwa Kita harus senantiasa ber-iltizam untuk menepati waktu sholat kapan pun dan bagaimanapun keadaannya. Sebab lima waktu sholat ini selain menjadi kewajiban bagi seorang muslim juga sudah ditentukan waktu-waktunya. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah An-Nisaa’, ayat 103. Alloh a’lam (Abu Azmi Awwaliy)

@ dari http://majalah-elfata.com/
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam Shahihnya; Harun bin Ma’ruf dan Amr bin Sawad menuturkan kepada kami. Mereka berdua berkata; Abdullah bin Wahb menuturkan kepada kami dari Amr bin al-Harits dari ‘Umarah bin Ghaziyah dari Sumayy bekas budak Abu Bakr, bahwa dia mengatakan pernah mendengar Abu Shalih Dzakwan menuturkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan hamba yang terdekat dengan Rabbnya adalah ketika sedang bersujud, maka perbanyaklah doa -di dalamnya-.”

@dari : abu0mushlih.wordpress.com@@

menangis Karena Takut Kepada ALLAH

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya;
[1] seorang pemimpin yang adil,
[2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala,
[3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid,
[4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya,
[5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,
[6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan
[7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allah.” (HR. Tirmidzi [1669] disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.

Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).

Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah [68]).

Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.

al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”

Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.

Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”

Saya [penyusun artikel] berkata: Kalau al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? Laa haula wa laa quwwata illa billah! Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74). Aina nahnu min haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati!

Disarikan dari al-Buka’ min Khas-yatillah, asbabuhu wa mawani’uhu wa thuruq tahshilihi, hal. 4-13 karya Abu Thariq Ihsan bin Muhammad bin ‘Ayish al-’Utaibi, tanpa penerbit, berupa file word.

@ dari : abu0mushlih.wordpress.com@@

Pekan-pekan Terakhir Kehamilan dan Persiapan Melahirkan

Ini adalah masa-masa mendebarkan yang dinanti-nanti oleh pasangan suami isteri. Tak jarang ini menjadi momentum paling menegangkan dan mencemaskan bagi pasangan muda yang menanti anak pertama.

Dimulai pada usia kehamilan 37 pekan
Pada usia ini bayi sudah dikatakan aterm atau cukup bulan, apabila lahir ia sudah siap karena seluruh fungsi organ tubuhnya sudah bisa matang untuk bekerja sendiri. Dengan berat ± 2.800 gram, panjang ± 47 cm, dan memiliki rambut kepala yang tumbuh dengan baik, kulit licin dengan bulu-bulu halus dan alat kelamin yang telah matang dan tulang-tulangnya telah berkembang baik. Kepala bayi biasanya telah masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir. Meski sebagian kecil di antaranya dengan posisi sungsang.

Usia 38 pekan
Di usia ini panjang janin lebih dari 47 cm dan memiliki berat badan ± 2.850 gram atau lebih dan peningkatan berat badan ini disebabkan oleh bertambahnya lemak yang tersimpan di bawah kulit. Tubuh menjadi montok dan keriput di mukanya telah hilang. Tulang kepala sudah kian kukuh dan saling merapat, kecuali di bagian ubun-ubunnya.Pada saat ini sang ibu biasanya mengalami perasaan yang amat cemas menanti kelahiran sehingga akan menimbulkan gangguan emosional. Di waktu seperti saat ini, sang ibu perlu memperbanyak porsi relaksasi.

Usia 39 pekan
Biasanya dokter atau bidan telah siaga jika sewaktu-waktu kehamilan ini sampai lewat waktu, karena jika telah lewat waktu (post term/post date), maka placenta sudah tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan sang bayi, yaitu mensuplai makanan dari ibu ke janin. Penyebabnya ialah penurunan fungsi placenta itu sendiri. Sedangkan kapan persisnya penurunan fungsi ini tidak dapat diprediksi, tetapi bisa dilihat dengan USG maupun uji kesejahteraan janin oleh dokter.

Usia 40 pekan
Dengan berat ± 3.000 gram dan panjang ± 50–55 cm, bayi telah benar-benar siap dilahirkan ke dunia. Tubuhnya licin dan verniks caccosa relatif banyak.Sejak usia kehamilan 36–37 pekan, ibu telah merasakan desakan bagian terendah janin karena penurunan kepala yang sudah masuk pintu atas panggul atau lightening perut ibu terasa berkontraksi, tegang pada dinding perut, dan mengalami kesulitan dalam berjalan. Selain itu, ibu akan mengalami sering miksi (buang air kecil). Pada hamil tua, kontraksi ini menjadi sering, namun rasa nyeri ringan hanya di bagian bawah saja dan datangnya tidak teratur, durasinya pendek, dan tidak bertambah sakit bila beraktivitas. Jika dilakukan pemeriksaan dalam tidak ditemukan pembukaan jalan lahir ataupun tanda persalinan yang lain (lendir dan darah). Semua gejala di atas sering disebut dengan his permulaan/kontraksi palsu, tanda persalinan sudah dekat.

Namun apabila di akhir kehamilan ibu mengalami hal-hal di bawah ini:
• perut terasa berkontraksi, merasa nyeri pinggang yang menjalar ke depan bersifat teratur, semakin kuat dan jika beraktivitas rasa nyeri semakin bertambah.
• bila dilakukan pemeriksaan dalam terdapat pembukaan jalan lahir, keluar lendir atau darah; pada beberapa kasus terjadi pecahnya ketuban yang menimbulkan pengeluaran cairan dari dalam—meski sebagian besar ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap berarti ibu telah memasuki “masa persalinan”.Jika ibu masih di rumah tidak usah cemas ataupun tergesa-gesa. Persiapkan diri ibu dan beri tahu suami/keluarga apa yang ibu rasakan saat itu.

Persalinan
Ada beberapa tahapan persalinan yang bisa ibu pelajari, yaitu:

Tahap pertama,
terdiri atas tiga fase. Dimulai dengan fase awal atau laten yang ditandai dengan kontraksi yang terjadi berjarak antara 15–20 menit dengan pembukaan jalan lahir 0–3 cm. Dilanjutkan fase aktif yang kontraksinya berjarak antara 3–5 menit dan pembukaan antara 4–8 cm. Suatu fase yang disebut transisi terjadi dengan pelebaran 8–10 cm, pada akhir tahap ini penipisan serviks antara 0% sampai 100%.

Tahap kedua,
dimulai ketika serviks telah sepenuhnya membuka (10 cm) dan dirasakan oleh ibu adanya dorongan untuk mengejan. Tahap ini diakhiri dengan kelahiran bayi.

Tahap ketiga,
yaitu setelah bayi lahir sampai terlahirnya placenta/ari-ari. Biasanya terjadi antara 3–5 menit setelah kelahiran bayi. Oxitosin biasanya digunakan untuk membantu proses pengeluaran placenta pada tahap ini.

Peran Suami di Saat Persalinan
Apa yang bisa suami lakukan di saat persalinan?
• Memberikan semangat, dukungan, dan menjaga agar ibu memperhatikan teknik pernafasan.
• Memberikan bantuan fisik dengan menyangga ibu pada posisi yang telah dianjurkan dokter/bidan, memberikan dukungan dengan memegang tangan ibu saat ibu merasakan sakit.
• Mengurut dan mengelus punggung ataupun pinggang ibu untuk dapat mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan.
• Kehadiran suami yang senantiasa ada di samping ibu saat melahirkan akan membangkitkan semangat dan tenaga ibu yang ibu rasakan mulai menurun.

Tempat Persalinan
Yang terakhir, ada beberapa tambahan pengetahuan untuk ibu dan suami sebelum ibu memutuskan tempat persalinan.

1. Rumah sakit
Seorang wanita hamil dan suaminya biasanya berkeinginan mendapatkan lingkungan nyaman dan mengembangkan praktek-praktek/konsep terbaru tentang kelahiran.Masih ada beberapa rumah sakit yang mempunyai peraturan ketat mengenai persalinan, pendamping, maupun pengunjung yang diizinkan menemani ibu dalam kelahiran bayi. Namun demikian, apabila anda seorang ibu yang berisiko tinggi, ada mungkin harus melahirkan di rumah sakit.Kunjungi tempat persalinan/rumah sakit yang menjadi pilihan ibu dan ajukan pertanyaan mengenai kebijakan rumah sakit tentang kelahiran bayi, juga tentang ahli-ahli yang menangani ibu dan bayi. Tanyakan pula bisakah anda, suami, dan bayi anda bersama dalam satu ruangan. Sesering mungkin, tanyakan pula tentang lama kunjungan ataupun fasilitas lain.

2. Rumah bersalin
Rumah bersalin adalah fasilitas di luar rumah sakit yang berdiri sendiri, yang menawarkan persalinan sendiri dan berpusat pada keluarga. Biasanya rumah bersalin mempunyai staf ahli/profesional yang berlisensi dan bidan bersertifikat. Di rumah bersalin, karena berpusat pada keluarga, mereka juga menyarankan keluarga dan suami menjadi pendamping atau hadir pada saat persalinan. Pihak rumah bersalin juga mengizinkan ibu serta bayi pulang setelah 12–24 jam pasca persalinan. Biayanya relatif, tergantung proses dan lamanya anda di rumah bersalin.

3. Persalinan di rumah
Sebagian ibu-ibu lebih menyukai melahirkan di tempat yang telah dikenalnya, boleh jadi lantaran akan memberi perasaan nyaman karena dihadiri oleh keluarga dan kerabat yang tidak dapat dibandingkan dengan tempat manapun. Boleh saja seorang ibu melahirkan di rumah, namun ada hal-hal yang perlu anda pertimbangkan, antara lain:
• Tanyakan dan pastikan pada dokter/bidan anda bahwa kehamilan anda normal dan tidak ada komplikasi yang menyertai.
• Pastikan anda mengerti kekurangan dan kelebihan melahirkan di rumah.
• Pastikan anda mengetahui kemampuan penolong persalinan yang telah anda pilih.
• Pastikan anda telah mengetahui prosedur persalinan yang aman dan bersih.
• Pastikan ruangan anda nyaman, bersih, dan hangat, karena bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu badannya saat kelahiran.

Mudah-mudahan ulasan di atas dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca dan mampu diterima dengan baik.

Penulis : Ummu Wildan R. Ayu T. Ulandari, A.Md.Keb.
@dari : http://www.almawaddah.co.nr/

SAAT BERHALANGAN, TAK SEPI DARI AMAL

Selama masa haid, wanita tak boleh melakukan shalat dan puasa, juga membaca al-Quran --menurut sebagian ulama--, (lihat rubrik fikih keluarga). Sebab saat haid wanita dalam keadaan tidak suci.

Lantas adakah amalan yang boleh dilakukan wanita selama masa haidnya? Haruskah hari berlalu tanpa amal dan pahala? Haruskah pundi-pundi amal dibiarkan kosong tak terisi? Duhai begitu adilnya syariat ini, meski tak bisa melaksanakan sebagian ibadah, namun wanita diperbolehkan melakukan ibadah yang lain sesuai tuntunan syariat selama masa haidnya.
SEKILAS TENTANG HAID
Apakah sebenarnya haid itu? Darah haid ialah darah yang keluar dari rahim wanita ketika ia sehat melalui faraj, bukan karena melahirkan dan bukan pula karena pecahnya kulit perawan. Umumnya terjadi sejak wanita mulai baligh, lebih kurang pada usia sembilan tahun sampai dengan usia berhenti haid. Dalam istilah kedokteran disebut menopause. Warna darah haid merah kekuning-kuningan serta keruh. Atau pertengahan antara hitam dan kecoklatan. Misalnya berlangsung antara enam atau tujuh hari, dan paling lama selama lima belas hari.Cara membersihkan pakaian dari haid yaitu dicuci dengan air setelah sebelumnya dibuang atau dikikis. Bila meninggalkan bekas tidak membatalkan thaharah. Sebagaimana sabda Rasulullah.“Cucilah dengan air secukupnya dan bekasnya tidak membatalkan bagimu.”(Ahmad dan Abu Dawud)
IBADAH YANG BOLEH DILAKUKAN SAAT HAID
Apa saja ibadah yang bisa dilakukan seorang wanita ketika haid? Berikut ini di antaranya:
- Berdzikir
Berdzikir boleh dilakukan wanita haid. Hal ini lebih baik daripada sekadar membiarkan lisan dan hati kita lalai dari mengingat Allah. Atau membiarkan lisan dan hati kita untuk hal-hal maksiat seperti bergunjing dan membicarakan serta memikirkan hal yang sia-sia. Dzikir selain bisa mengingatkan kita pada Allah, menenteramkan hati juga mendatangkan pahala.
- Ihram
“Menjadi kewajiban bagi manusia terhadap Allah, mengerjakan haji di Baitullah, yakni bagi orang-orang yang mampu mengunjunginya.” (Ali Imran: 97)Namun terkadang wanita terhalang haid, sehingga ada beberapa hal yang tak boleh dikerjakan seperti melakukan thawaf dan dua rakaat shalat thawaf. Selain itu semua manasik haji boleh dikerjakan oleh wanita haid dan nifas. Jadi wanita yang dalam keadaan haid dan nifas boleh melakukan ihram. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits Aisyah x yang meriwayatkan kasus Asma’ binti Umais. Asma' melahirkan di Syajarah. Lalu Rasulullah n menyuruhnya mandi dan sesudah itu langsung ihram.
- Melayani suami
Selama menjalani fitrahnya mengalami haid, bukan berarti wanita absen dari membahagiakan suami. Seorang istri tetap harus siap melayani suaminya, khususnya kebutuhan biologisnya. Meski diharamkan melakukan persetubuhan (senggama), suami dibolehkan bersenang-senang dengan istri pada bagian pusar ke atas atau selain kemaluan. (lebih jelas lihat rubrik bina pasutri edisi ini)Haram menolak ajakan suami, kecuali ada hal-hal yang mengakibatkan risiko jika berhubungan badan. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,“Jika suami mengajak istrinya ke ranjangnya (untuk berjima’) kalau istri tidak mau melayaninya sehingga ia marah kepadanya, maka malaikat melaknatnya hingga subuh.” (Riwayat Bukhari Muslim)Bukankah taat pada suami selama tidak bermaksiat pada Allah serta mengakui hak suami atasnya memiliki pahala yang besar laksana pahala jihad? Tak hanya itu, wanita shalihah selalu menyenangkan bagi suaminya. Seperti sabda Nabi n,“Tidakkah mau aku khabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dijadikan bekal seseorang? Wanita yang baik (shalihah), jika dilihat suami ia menyenangkan, jika diperintah suami ia mentaatinya, dan jika (suami) meninggalkannya ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Riwayat Abu Dawud dan An-Nasa’i)
- Menghadiri majelis ilmu
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah menghadiri majelis ilmu/ta’lim selama majelis tersebut tidak berlangsung di masjid. Hal ini disebabkan larangan bagi wanita haid untuk masuk ke masjid.Selama majelis tersebut bebas dari tabarruj dan ikhtilat serta bermanfaat, alangkah baiknya mengisi waktu dengan hal-hal bermanfaat. Kegiatan ini juga menghindarkan kita dari angan-angan kosong atau sekadar melamun tanpa guna atau membiarkan waktu terlewat tanpa guna.Berkumpul bersama orang-orang shalih, membaca buku-buku yang bermanfaat, mendengarkan murajaah bacaan al-Quran juga mengandung nilai-nilai ibadah. Tak hanya itu, melakukan tugas harian sebagai istri dan ibu yang baik selama dilakukan dengan tulus juga bermakna ibadah. Insyaallah bisa menjadi pengisi pundi-pundi amal kita, meski kita tengah terhalang fitrah haid.Memang, mungkin kita tak bisa meniru amal ibadah para muslimah pada masa terbaik (zaman Nabi), namun setidaknya jejak semangat mereka dalam beramal masih tetap tertinggal di dada para muslimah, meski tengah berhalangan saat haid, semampu kita. Insyaallah. (Ummu Deedat)
@dari www.majalah -nikah.com@@

Siwak : Keajaiban dalam Sunnah Nabi

Sejarah Penggunaan Siwak (Salvadora persica)
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick. Kayu ini walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.

Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.

Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya.

Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.

Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.

Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :
Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi. Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap. Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur. Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.

Siwak sebagai zat antibakterial
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek pembersih pada miswak telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik alami terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan mempengaruhi transportasi aktif porline pada Escherichia coli seperti juga pada aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi transport aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapyhylococcus aureus sehingga terhambat.
Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.
Penyusun (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak serbuk kayu siwak bersifat antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans dan S. aureus.

Siwak sebagai “oral cleaner device” (alat pembersih mulut)
Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut. Almas (2002) meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.

Sebuah penelitian tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara berkala) dengan mengambil sampel terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di negara lain, hal ini mengindikasikan rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment.

Penelitian lain dengan menjadikan serbuk (powder) siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran serbuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kesehatan gigi secara sempurna adalah dengan menggunakan pasta gigi dengan butiran-butiran serbuk siwak, karena butiran-butiran serbuk siwak tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Hal ini yang mendorong perusahaan-perusahaan pasta gigi di dunia menyertakan serbuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO (World Health Organization) turut menjadikan siwak sebagai salah satu komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.

@dari : abusalma.wordpress.com